TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat capres AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, mengakui bahwa dirinya mengambil keputusan yang salah ketika mendukung perang Irak di tahun 2002. Ia mengakui hal tersebut ketika kandidat lainnya, Bernie Sanders, menyerang Biden soal suara yang ia berikan untuk mendukung Perang Irak.
"Saya akui itu sebuah kesalahan, kesalahan yang sangat besar," ujar Biden, yang kala itu menjabat sebagai Komisi Hubungan Luar Negeri Senat, sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu, 15 Januari 2020.
Baca Juga:
Di tahun 2002, mantan Presiden George W. Bush memerintahkan serangan ke Irak atas laporan intelijen bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal. Biden, saat itu, mendukung perintah Bush karena ia merasa hal itu adalah yang terbaik, terutama pasca insiden World Trade Center.
Adapun Perang Irak, pada ujungnya, berakhir dengan tewasnya Saddam Hussein. Meski begitu, sebanyak 250 ribu orang menjadi korban perang dan konflik di Timur Tengah tak kunjung mereda hingga sekarang. Bahkan, klaim Bush bahwa ada senjata pemusnah massal di sana tidak pernah terbukti.
Biden melanjutkan bahwa ia berusaha memperbaiki kesalahannya. Sebagai bukti, kata Biden, dirinya mencoba menarik militer AS dari Timur Tengah saat menjabat sebagai Wakil Presiden dari Barack Obama. "Sejak saat itu, saya berupaya untuk membawa tentara kita pulang," ujarnya.
Sanders, di sisi lain, mengatakan bahwa Biden seharusnya tidak mudah percaya kepada Bush. Menurutnya, Biden bisa dengan mudah mendapati bahwa Bush telah berbohong soal klaim senjata pemusnah massal.
"Saya dan Joe, saat itu, mendengar apa yang Dick Cheny (mantan Wakil Presiden), Bush, dan Rumsfeld (mantan Menteri Pertahanan AS) katakan (soal Irak). Saya berpikir mereka berbohong, saya tidak mempercayai mereka sedikitpun. Saya lakukan apapun untuk menghindari perang. Joe berpandangan sebaliknya," ujar Sanders.
REUTERS